Program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif

Program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif

Program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif adalah salah satu upaya meningkatkan kompetensi guru dalam memahami keberagaman peserta didik serta meningkatkan kemampuan guru dalam mengadaptasi kurikulum sehingga lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didi

Apa itu program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif?

Program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif dirancang untuk menjawab tantangan guru di sekolah reguler/sekolah penyelenggara pendidikan inklusif agar mampu melayani keberagaman peserta didik di kelasnya.

Apa tujuan program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif?

  • Meningkatkan pengetahuan guru tentang konsep keberagaman peserta didik, konsep dasar pendidikan inklusif dan sistem layanan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
  • Meningkatkan dan memberikan pengalaman langsung kepada guru untuk melakukan identifikasi, menyusun asesmen dan planning matrix, serta membuat program pembelajaran individual (PPI).
  • Memberikan pengalaman kepada guru dalam mengikuti kegiatan bimtek dan pelatihan secara daring.

Apa serunya belajar bersama di program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif?

Berkesinambungan

Kesinambungan antara tahapan pemahaman konsep melalui pendekatan modular (Bimtek) dengan tahapan penguasaan yang menekankan pada keterampilan (Pelatihan).

Lebih Konsisten

Mendorong peserta melakukan pembelajaran mandiri secara konsisten dan terukur serta memenuhi kaidah akademik (setiap tahapan pembelajaran di setting perhari dengan ekuivalensi 4 JP/hari).

Lebih Kolaboratif

Peserta dapat belajar dengan rekan guru lainnya, mendorong guru menyelesaikan semua tahapan secara kolaboratif dan gotong royong.

Apa saja tahapan program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif?

Tahap 0
Orientasi

Pada tahap ini peserta dibekali pemahaman tentang latar belakang, tujuan umum, penyesuaian kebijakan, pengantar program, dan struktur program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif.

Tahap 1
Bimtek

Pada tahap ini peserta akan mempelajari tentang konsep keberagaman peserta didik, konsep dasar pendidikan inklusif dan sistem layanan pembelajaran. Pada tahap ini peserta melakukan pembelajaran mandiri secara konsisten dan terukur setiap harinya dengan ekuivalensi 4 JP/hari. Peserta tuntas Bimtek akan mendapatkan sertifikat Bimtek 32 JP.

Tahap 2
Pelatihan

Pada tahap ini peserta akan diberikan latihan untuk melaksanakan identifikasi, melakukan asesmen dan menyusun planning matrix, serta membuat program pembelajaran individual (PPI). Pada tahap ini peserta akan mendapatkan sertifikat Pelatihan 32 JP setelah mengakses microlearning dan melakukan pengimbasan dengan mengunggah URL video pengimbasan ber-platform youtube di SIM Ayo Guru Belajar.

Tahap 3
Microlearning

Pada tahap ini peserta akan mendapatkan materi pelengkap/penunjang berupa microlearning yang akan menambah pengetahuan, pemahaman, serta pengalaman guru dalam menangani Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK). Peserta yang dapat mengakses microlearning ini adalah peserta yang telah menuntaskan Pelatihan.

Tahap 4
Pengimbasan

Pada tahap ini peserta yang telah mengikuti kegiatan bimtek, pelatihan, dan telah mengakses microlearning diharapkan menjadi bagian perubahan pendidikan dengan cara mempresentasikan program, mengajak dan mendampingi guru lain untuk mengikuti Program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif pada satuan pendidikan tempat peserta mengajar, kelompok kerja guru seperti KKG/MGMP atau organisasi profesi guru. Berikut adalah langkah pengimbasan :

  • Dokumentasikan pengimbasan dalam bentuk video.
  • Unggah link video pengimbasan ke kanal video berbagi (youtube).
  • Salin URL video pengimbasan ber-platform youtube tersebut.
  • Unggah URL video pengimbasan tersebut ke SIM Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif.
Pada tahap ini peserta akan mendapatkan Piagam Penghargaan bagi satuan pendidikan yang akan mencantumkan nama-nama peserta tuntas Bimtek dan Pelatihan.

Apa yang didapatkan peserta program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif?


  • Meningkatnya pengetahuan guru terhadap konsep keberagaman peserta didik, konsep dasar pendidikan inklusif dan sistem layanan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
  • Meningkatnya pengalaman guru dalam melakukan identifikasi, menyusun asesmen dan planning matrix, serta membuat program pembelajaran individual (PPI).
  • Memberikan pengalaman kepada guru dalam mengikuti kegiatan bimtek dan pelatihan secara daring.
  • Terdukungnya implementasi kebijakan merdeka belajar yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Siapa yang bisa menjadi peserta program Guru Belajar dan Berbagi seri Pendidikan Inklusif?


  • Semua guru PAUD, TK/TKLB, SD/SDLB, SMP/SMPLB, SMA/SMALB/SMK.
  • Kepala Sekolah.
  • Pengawas Sekolah.
  • Tenaga Administrasi Sekolah.
  • Telah memiliki Akun SIMPKB.
  • Tidak terdaftar sebagai peserta Bimtek Daring Pemenuhan GPK.
Lebih jelas buka halaman berikut: https://ayogurubelajar.kemdikbud.go.id/seri-inklusif/

AGAMA MENURUT KH. AHMAD DAHLAN

APA ITU AGAMA 

" Kyai, apa itu agama ? " Sangidu bertanya

Kyai Dahlan diam sambil tersenyum dan mengambil Biola kesayangannya, selang tak berapa lama kemudian Sang Pencerah itu memainkan Tembang Asmaradhana yang syahdu, tentram dan mendamaikan jiwa lewat gesekan Biolanya tersebut.
Setelah usai, Kyai Dahlan bertanya kepada santri santrinya yang masih muda tersebut " Piye .. ? apa yang kamu rasakan ? " 
" Keindahan, Ketenangan,  Harmonis, Kelembutan seakan akan semua masalah selesai Kyai " Jawab Santrinya 
" Itulah Agama, Agama adalah ketentraman, kecerahan, kedamaian,  hakikat Agama itu seperti musik yang mengayomi menyelimuti dan memberikan inspirasi yang tercermin dari penganutnya " Terang Kyai Dahlan masih tersenyum penuh pengayoman 
" Nah sekarang coba kamu mainkan Hisman " Kata beliau sambil memberikan Biolanya kepada Hisman 
" Waduh,  Kyai ... " Hisman pucat 
"  ... mainkan saja sebisamu " Kyai Dahlan tertawa kecil 
Hisman memainkan Biolanya sebisanya sambil dilihat oleh Santri lainnya, karena Hisman memang baru pertama memegang Biola, maka sudah dapat dikira permainannya  jauh dari keindahan dan menghasilkan suara menderit memekakkan telinga 
" Waduh Uelek tenan Kyai ... " Muka Hisman memerah 
Kyai Dahlan tertawa penuh kasih " Nah ... begitu juga Agama Man, Agama yang Indah, damai, tentram dan Harmoni tersebut bisa rusak kalau orang yang menganutnya tidak belajar agama dengan baik, hanya bisa membuat dirinya dan lingkungannya menjadi terganggu. 
Beragama itu tidak boleh ikut ikutan, harus dipelajari dari dasarnya dengan baik, dan tidak boleh beragama sesuai keinginan atau nafsu kita saja, sesuai persepsi diri kita tok.
Seperti Biola ini ada not, grip, kunci dan lain lain, sehingga suara yang dikeluarkannya menjadi harmonis dan enak di dengar,  dan orang orang pun senang mendengarnya dan tertarik untuk mempelajarinya. 
Jadi, yang salah bukan agamanya, tapi  dari pemeluknya yang tidak mempelajari agama dengan baik sehingga membuat resah lingkungan dan menjadi bahan tertawaan, pun ngertos toh le .. " Kyai Dahlan menutup penjelasannya.
Selamat menjalankan ibadah di Ramadhan

MENANG MELAWAN COVID KETIKA PERIZINAN DI BEBASKAN DARI PENGARUH GLOBALIS DAN BROKER VAKSIN ASING

Akhirnya kisruh para broker yang memainkan kendali atas vaksin teratasi dengan masuknya Tentara kedalam arena. TNI di bawah jendral andika dengan gagah berani membungkam BPOM dan membuat depkes manut.

Imunotherapi dendritic di lanjutkan penyempurnaannya dan semoga bisa di lanjutkan ketingkat komersial dan di jadikan acuan alternatif senjata PERANG lain melawan covid.

Gitu dong TNI, ini baru namanya bernegara. Aktif ambil bagian karena ini wilayah perang, wilayah anda wahai abdi negara TNI.

Jangan pikirkan lagi izin ini itu, ini keadaan darurat, selama resikonya mendekati NOL imunoterapi dendritic segera di pakai ke masyarakat.

Terima kasih BPOM dan depkes yang akhirnya manut dengan langkah TNI dan terima kasih TNI yang dengan tegas bersikap karena ini wilayah perang, perang biologi. Kita harus memenangkan perang ini dan kami rakyat tidak keberatan TNI yang di depan.

Jangan broker vaksin yang di depan, mengacaukan kebijakan bernegara. 

Vaksin Nusantara sekarang sudah berjalan aman.

Berjalan aman setelah Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika, menertibkan Menteri Kesehatan dan BPOM melalui Memorandum of Understanding di Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, Jakarta

 “KSAD menertibkan Menteri Kesehatan dan Kepala BPOM, melalui tripartid. Isinya menyetop istilah uji klinis Vaksin Nusantara. Riset dendritic cell dilanjutkan. Penelitian non-profit. Belum untuk vaksinasi massal. Izin tidak dibutuhkan. Mission accomplished”.

Disisi masyarakat, kita juga  harus mencermati esensi pernyataan Prof Chaerul Anwar Nidom, Guru Besar Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga yang juga  Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Profesor Nidom Foundation (PNF) mengatakan : 

 “ Vaksin Nusantara, mampu mengantisipasi mutasi Covid-19 , dimana Kalau menggunakan vaksin konvensional maka harus menunggu lebih dari 1 tahun. Keburu virusnya mutasi lagi. Ini yang menyebabkan vaksin konvensional gagal menghadapi Covid-19," 

Jadi,  Vaksin Nusantara bukan conventional vaccine. Lebih tepat disebut ‘immunotherapy.

Vaksin Nusantara Dendritic cara kerjanya adalah darah pasien dikeluarkan. Dipecah. Dendritic cell-nya diambil. Antigen virus dimasukan. Sel dendritic & virus berinteraksi. Setelah matang, serum disuntikan ke dalam tubuh.

Setelah ini, semoga para broker vaksin asing bisa di stop tindak tanduknya, kemudian bisa mempercepat proses efikasi dan aspek safety imunetherapy Vaksin Nusantara. 

Dana vaksin asing yang nilainya triliuan rupiah menggunakan UANG NEGARA, yang kebanyakan di pegang broker dan oligar semoga tak berkutik lagi. Mereka itu sampai berani mempengaruhi para pejabat, semua ini atas nama cuan, bukan humanitarian, bukan nasionalisme

Harus segera di stop!!!  salah satunya dengan adanya imunotherapy vaksin nusantara, ini akan merubah permainan globalis tersebut secara telak.

Militer indonesia masuk ini patut di dukung karena sebuah langkah terangterangan melawan globalis. Jadi bagaimana kalau kita rincikan, siapa andika sang KASAD ini ? Mengapa jendral Andika bisa  menekan BPOM dan kementrian kesehatan?

Agaknya kita mundur sebentar mempertanyakan tanda jasa Medali The Legion of Merit, degree of Commander, dari Pemerintah Amerika Serikat tahun 2020 kemarin.

Itulah  medali tertinggi yang pernah di berikan kepada seorang petinggi militer negara lain dimana bagi pengamat intelijen pertahanan ini sesungguhnya kode keras. 

Pentagon adalah nasionalis, pentagon di bawah chief joint staff panglima gabungan A. Milley memang nasionalis tulen yang mengadakan perjanjian extra ketat kepada Biden tepat sebelum hari pelantikan yang isinya kita sudah buka di informasi jauh sebelum ini.

Anggaran militer amerika 4 tahun kedepan 3 tiliun dolar dan tetap berperang melawan tiongkok. Semuanya di setujui Biden.

Jadi Medali The Legion of Merit, degree of Commander adalah kode keras perlawan terhadap globalis, dan kalau militer dalam hal ini andika bertindak, inilah tindakan nasionalis melawan globalis. 

Kembali ke Imunotherapy Vaksin nusantara, ini adalah  Kabar baik buat humanitarian kemanusiaan. Dunia segera melihat secercah harapan baru di mulai dari indonesia tanpa cawe cawe regulator miring ke globalis dan broker vaccine. Good-luck...!” 
By. Mardigu W.

YANG HILANG DARI NEGERIKU


Foto di atas ini, adalah pemandangan yg lazim disaksikan tempo dulu. Kala anak-anak murid mau memasuki sekolah tempat menimba ilmu.
Mereka melewati pintu depan yg sudah ditunggu oleh tuan guru. Semua berjalan menunduk sebagai bentuk hormat dan "ngajeni" kepada yang lebih tua.
Berjalan membungkuk bukan hanya sekedar tata cara penghormatan. Tapi juga sebuah simbol mau merendahkan diri kepada manusia lain yang dinilai lebih berat "isinya". Bisa ilmunya, bisa usianya, atau bisa karena maqom (kedudukan) nya.
Namun sekarang itu nampaknya sudah mulai hilang dan mungkin hanya tinggal cerita yg bisa dikenang.
Sekarang, pendekatan guru sebagai teman terkadang malah kebablasan. Tak ada lagi sikap sungkan. Tak ada lagi ewuh pekewuh kepada sang guru. Karena dianggap teman dan sekedar fasilitator pendidikan.
Ditempeleng, lapor komnas HAM. Kalau murid gagal, guru disalahkan.
Saya masih ingat, bagaimana dulu, saya dan kawan-kawan sebaya berlomba menjemput guru kami saat memasuki pagar. Ada yg berebut membawakan sepedanya dan membawakan tasnya. Yang tak kebagian. Tetap bisa berebut untuk urusan salim mencium tangan.
Diperintah guru mengambil kapur adalah sebuah kebanggaan prestisius. Mengunjunginya saat sakit adalah aturan tak tertulis yg membuat para murid bergegas dan berinisiatif patungan lalu membuat rencana untuk mewujudkan.
Gambar ini berbicara lebih dari sekedar tata krama. Tapi juga sebuah kesiapan menerima. Dan ikrar tanpa kata.
"Bahwa kami ingin diajari menjadi manusia".
Semoga kita kembali menjadi bangsa yang tahu tata krama pada yang tua, dan mengerti bahwa menjaga adab dan sopan santun bukanlah bagian dari keprimitifan.

Kisah Inspirasi

DIPAKSA MENIKAHI PEREMPUAN CANTIK
Seminggu lagi, aku akan menikah, tetapi hari ini aku masih di sini, kota besar, sendiri memikirkan
nasib. Tidak ada uang, tidak ada mobil, tidak ada pekerjaan, tidak ada apa-apa selain, handphone murah, dan oh... handphoneku ini juga tak ada pulsanya.
Sewa kontrakan pun belum aku bayar, tetapi aku akan menikah seminggu lagi. Acaranya sederhana, menikah dengan gadis kampung sebelah, di rumah keluarga gadis itu, dan aku juga tidak kenal siapa gadis itu. Orang tuaku yang mengaturnya, dan aku masih berpikir, mengapa orang tua gadis itu mau menikahkan anaknya dengan seorang laki-laki seperti aku.
Aku lelaki yang apabila ditanya apa kerjanya, aku tidak tahu bagaimana harus menjawab. Aku memang bekerja, tetapi hanya kerja sambilan di hotel, membantu kawan-kawan yang berjualan online di internet, dan sesekali mengikuti seminar MLM. Kebanyakan waktu dihabiskan duduk-duduk di kontrakan, menatap surat kabar untuk mencari kerja.
Lalu, atas atas dasar apa ayah dan ibu gadis itu, mau menikahkan anaknya denganku, dan hantaran kawinnya, cuma senaskah Al Quran, dan mas kawin cuma Rp250.000. Lebih mengherankan, semua biaya acara ditanggung oleh keluarga si gadis.
Kenapa? Aku semakin tidak mengerti, kok mau orang tua gadis itu, mengawinkan aku dengan anak perempuannya yang cantik, yang berkerudung rapi. Ya, aku sudah melihat fotonya, dan karena kecantikannya, aku walaupun dengan semua keheranan itu, setuju juga dengan pernikahan yang diatur oleh keluarga ini. Ditambah, perempuan itu lulusan universitas luar negeri, berkerja sebagai pegawai negeri yang gajinya, cukup untuk membayar angsuran mobil BMW.
Pada mulanya, aku pikir aku ibarat tikus yang jatuh ke dalam gudang beras, tapi ketika acara semakin dekat, aku mulai berpikir, mungkin ada yang disembunyikan oleh keluarga si gadis. Apakah foto yang diberi sama dengan wajah asli perempuan itu? Apakah perempuan itu sebenarnya janda? Atau yang paling menakutkan, jangan-jangan perempuan itu sedang mengandung anak orang lain, dan aku menjadi 'ayah' untuk anak itu.
Dari sinilah kisahku dimulai.
***
Tengah hari itu aku nekat pulang ke kampung halaman. Aku nekat, mencari tahu latar belakang calon istriku, dan mengapa ibu bapaknya, mau melepaskan anaknya kepada laki-laki seperti aku. Cuma, aku tidak tahu bagaimana cara untuk mencari tahu. Selama di dalam bus, aku beruntung duduk di sebelah seorang laki-laki yang ramah.
Kepada laki-laki itu aku bertanya, “Bagaimana cara cari tahu latar belakang calon istri kita?”
“Mudah kok. Kalau dia ada FB, buka FB dia, atau cari saja nama lengkapnya di internet. Nanti ada lah informasi tentang dia. Kalau susah, pergi tempat kerjanya, tanya kawan-kawannya, atau tanya saudara-saudaranya.”
Untuk mencari tahu tentang calonku itu di internet, nama lengkapya saja aku tidak tahu. Aku cuma diberitahu, namanya Sarimah. Berapa banyak orang punya nama Sarimah di internet? Banyak! Lalu aku ambil nasihat kedua dari laki-laki itu, tanya rekan-rekan sekerjanya, dan mujur aku tahu gadis itu bekerja di kantor Bappenas.
Sampai di kampung, aku pinjam motor ayah, lalu pergi ke kantor Bappenas. Aku tidak tahu apa jabatannya, tetapi kantor sebesar itu, pasti banyak orang yang namanya sama. Tetapi agak tidak logis juga kalau aku langsung masuk ke kantor dan bertanya tentang calon istriku. Lalu akhirnya aku ambil keputusan menunggu dan memperhatikan di seberang jalan.
Aku pikir, mungkin pada waktu makan tengah hari, Sarimah dan kawan-kawannya akan keluar, dan apabila sudah ingat wajah kawan-kawannya, setelah pulang nanti boleh lah saya tanya tentang Sarimah. Itulah rencanaku, rencana yang diatur dengan baik. Lalu aku pun duduk di atas motor menghadap kantor Bappenas yang cuma satu beberapa meter di depanku.
Kemudian datang pula rasa menyesal, sebab pada jam 11 pagi, cuaca sudah terik. Di situ belum ada pohon yang rindang, karena semuanya baru saja dipangkas dahannya. Sudah panas terik, satpam di luar kantor mulai memperhatikanku. Bukan Cuma satpam, malah orang yang lalu lalang di situ turut memperhatikan.
Aku lupa, jam kantor seperti itu, segala perbuatan yang tidak biasa akan jadi perhatian. Perbuatanku, yang duduk di depan kantor bukan perkara biasa. Nampak terlalu aneh.
Akhirnya, aku semakin menyesal karena dari jauh aku lihat seorang perempuan keluar dari kantor. Semakin dekat perempuan itu, semakin aku berdebar. Wajahnya semakin jelas, dengan kerudung kuning muda, dan baju kurung biru muda. Dia adalah calon istriku, yang Cuma aku kenal namanya. Sarimah. Hanya itu.
Aku sempat berpikir untuk menghidupkan motor dan kemudian pergi dari situ. Tetapi semuanya sudah terlambat, kemudian Sarimah berkata, “Kamu Salman?”
Aku memberikan senyuman yang paling terpaksa pernah aku buat. Lebih terpaksa daripada senyum terpaksa apabila bertemu dengan guru semasa sekolah dahulu.
“Ya, saya. Kok kamu bisa tahu?”
“Kawan di kantor yang beritahu, katanya ada laki-laki di sebearang jalan. Mereka menggodaku, katanya mungkin aku kenal, dan aku pikir wajahmu sama dengan foto yang ditunjukkan oleh ibu.”
Satu kantor pun tahun aku menunggu disini?! Duh! Payah betul caraku mencari informasi ini. Kemudian aku memerhatikan wajah Sarimah, dan ternyata wajah aslinya jauh lebih cantik daripada wajah di foto. Mungkin karena itu pass foto. Orangtuanya pun hanya memberikan satu foto. Entahlah, ibu dan ayahku pun mungkin memberikan pass fotoku. Ketika itu juga aku merasa jantungku berdebar, karena saat mengambil foto itu, aku baru saja bangun tidur.
Aku perhatikan pula perutnya, tetapi tidak nampak ada tanda-tanda perempuan mengandung. Saat aku memperhatikan, terasa tangannya menyilang menutupi perutnya, dan aku malu karena ketahuan memperhatikan perutnya. Pasti dia sadar kalau aku memperhatikan perutnya, entah apa yang dia pikirkan sekarang.
Aku rasa, Sarimah ini adalah perempuan yang berani. Berani untuk keluar berjumpa denganku. Kalau perempuan lain, tentu mereka tidak berani. Barulah aku sadar, inilah pertemuan pertamaku dengan calon istri aku. Pertemuan dalam keadaan yang agak aneh.
Selepas pertanyaan itu, kami terdiam. Kami hanya berdiri di tepi jalan raya, sambil memandang ke arah yang sebenarnya agak aneh untuk dipandang. Aku memandang ke ujung jalan, dan Sarimah memandang ke arah motor ayahku.
Aku tahu, ini keadaan yang tidak betul dan aku sebagai laki-laki perlu menunjukkan contoh yang baik kepada calon istriku. Jadi, selepas puas berpikir dan memberanikan diri, aku berkata, “Sudah makan?”
“Saya sedang diet.”
Nasib baik bagiku dia bilang sedang diet. Bagaimana kalau dia bilang, ayo kita makan, aku akan sangat jahat sekali, karena di dalam dompetku cuma ada uang dua puluh ribu rupiah. Mana cukup. Setelah itu, keadaan kembali sepi.
“Aku mau kembali ke kantor,” kata Sarimah sopan dan membuatku lega.
“Aku juga mau pulang,” balasku, dan ternyata, rasa legaku tidak berlangsung lama.
“Malam ini datanglah ke rumah.”
“Datang ke rumahmu?”
“Iya, makan malam dengan keluargaku.”
Aku terdiam. Berdebar-debar.
“Jemputlah sekalian ayah dan ibumu kalau mereka tidak ada halangan.”
“Baiklah, selepas maghrib insya Allah aku sampai.”
***
Sepanjang perjalanan pulang, aku merasa tidak puas hati dengan diriku. Mengapa aku tiba-tiba menjadi kaku? Seharusnya, pada waktu itulah aku banyak bertanya dan mencari tahu kenapa dia dan keluarganya memilih aku.
Cuma malam ini aku merasa sedikit bingung. Alamat rumah Sarimah, aku bisa tanya ayahku, tapi mungkinkah aku patut bawa ayah dan ibuku sekaligus? Tidak.. Tidak.... Bukannya aku tidak mau, biasanya kalau ada ibu, habis semua rahasia anaknya dia ceritakan. Beliau senang sekali menceritakan rahasia anaknya.
Lagipula aku ada banyak rahasia yang tidak patut Sarimah dan orangtuanya tahu. Rahasia yang paling aku takuti dibocorkan oleh ibu adalah hampir setiap bulan aku masih meminta uang kepada ibuku. Memang memalukan, tetapi untuk pergi seorang diri, aku juga tidak berani.
Akhirnya, aku punya ide paling bagus. Aku melajukan motor ayah langsung ke rumah kawan lamaku, Rudy. Bukan sekedar kawan lama, tetapi juga sahabat karib. Aku yakin dia ada di rumah, karena dia juga senasib denganku, belum ada pekerjaan tetap. Bedanya, dia bertarung hidup di kampung, dan aku bertarung hidup di kota.
Sesampainya di rumah Rudy, aku lihat Rudy sedang duduk di tangga sambil bermain gitar. Itulah kemampuan Rudy yang sangat aku cemburui. Aku tidak pandai bermain gitar, bahkan tak tahu caranya.... oh... ada lagi rupanya kemahiran Rudy yang tidak aku miliki. Rudy pandai menggoda gadis dengan bermain gitar, dan Rudy sangat berani berhadapan dengan perempuan, tidak seperti aku. Itulah akibatnya, aku tidak punya keyakinan apabila berhadapan dengan perempuan.
“Lama banget kau gak muncul,” kata Rudy saat aku duduk di sebelahnya.
“Masa lama sih. Baru juga dua bulan lebih.”
“Lama itu.”
Aku diam, dan coba mendengarkan petikan gitar lagu rock terkenal, 'Suci Dalam Debu'. Aku coba menyusun kata untuk mengajaknya menemaniku malam ini, tetapi belum ada kata yang bagus.
“Aku dengar seminggu lagi kau mau nikah. Kok gak ngundang?” kata Rudy, dan itu secara tidak langsung memberikanku jalan untuk melaksanakan rencanaku.
“Ini acara pihak perempuan, jadi mereka cuma ngundang kerabat perempuan aja.”
“Kerabatmu gimana?”
Aku diam, karena aku tidak tahu bagaimana menyampaikannya. Sebab dengan keuanganku sekarang, hidang mie goreng kepada tamupun aku tidak mampu.
“Lihat nanti saja lah. Kalau nanti kau sampai ke rumah ku, kau pergi dulu saja.”
Rudy semakin mengencangkan petikan gitarnya. Kini lagu Adele pula, 'Someone like you'. Entah mengapa, lagu yang temanya kecewa saja yang dia mainkan saat ini.
“Dia cantik gak?” Rudy memandang dengan senyuman penuh berharap.
“Cantik.”
“Gimana bisa kenal dia?” Senyuman Rudy kini semakin tinggi harapannya. Harapan jenis apa aku tidak tahu. Mungkin harapan untuk melihat aku bahagia. Walaupun aku merasa seperti Rudy pasti berpikir tidak logis aku mendapatkan gadis cantik.
“Ayah dan ibuku yang menjodohkan. Aku terima saja.”
“Kau belum pernah ketemu dia?”
“Baru tadi.”
“Memang dia cantik?”
“Memang cantik.”
Rudy kini memperlihatkan wajah orang yang sedang gusar dan berpikir panjang.
“Apa pekerjaannya?”
“Pegawai di Bappenas. Aku tidak tahu jabatannya. Tetapi ibuku bilang, dia punya jabatan cukup tinggi.”
“Hmm... Dia cantik, pekerjaan bagus, tapi kok dia mau kawin denganmu? Heran.”
Aku menelan liur. Nampaknya Rudy juga sudah merasa ada sesuatu yang tidak benar. Dia pandangi wajahku.
Rudy menyambung, “Kau, ganteng juga nggak. Heran-heran.”
Aku tersenyum pahit. Aku akui, aku memang tidak tampan dan itu pun sebenarnya merisaukanku juga.
“Kau tidak heran?” tanya Rudy.
“Ya heran juga sih.”
“Kau sudah periksa latar belakang perempuan itu?”
Aku pandangi wajah Rudy. Akhirnya peluangku tiba.
“Malam ini kau ikut aku. Temani aku ke rumah calonku itu.”
“Hah? Buat apa?” Rudy memandang heran.
“Dia ajak aku makan malam di sana. Ketemu dengan ayah dan ibunya. Nanti itu, baru akan aku cari tahu latar belakangnya.”
“Kau pergi sajalah sendiri.” Rudy kembali memetik gitar.
“Kamu kayak gak tahu aku. Aku segan. Aku butuh kamu temani aku. Kamu kan berani, mungkin kamu bantu aku kepo juga.”
“Kepo? Kepoin apa?”
“Tanyain lah hal-hal yang bisa ditanyain. Kamu kan berpengalaman dalam dunia percintaan. Pasti bisa bantu aku.”
Akhirnya, setelah lama aku bujuk, Rudy pun setuju.
***
Malam itu, walaupun aku sudah salin alamat dari ayahku, tetap saja aku tersesat. Aku sampai selepas Isya, bukannya selepas Maghrib. Aku lihat makanan sudah terhidang di atas meja, dan nampak sudah dingin. Mungkin perut Sarimah dan orang tuanya juga sudah lapar.
“Maafkan saya karena terlambat.”
“Gak apa-apa, masuklah,” kata seorang lelaki yang sebaya ayahku. Mungkin dia adalah ayah Sarimah dan calon ayah mertuaku.
“Ooo... Ini dia Salman. Ayahmu bilang kamu akan pulang lusa, kok cepat bener baliknya?” tegur seorang perempuan, yang aku yakin adalah ibu Sarimah.
“Ada yang harus diurus dulu di rumah,” balasku dan kemudian berkata, “Kenalkan ini kawan saya Rudy. Ibu dan ayah saya tidak bisa datang.”
Kemudian, Sarimah keluar dari dapur dan dia kelihatan sangat cantik. Tertegun aku dan aku sempat melihat wajah Rudy yang ikut tertegun.
“Beruntung kamu,” bisik Rudy.
Selepas makan, kami duduk di ruang tamu dan pada waktu itulah, aku lirik-lirik Rudy supaya mulai menjalankan rencananya.
“Kata Salman, ini pertama kali dia berjumpa dengan bapak dan ibu ya. Malah dengan Sarimah pun baru tadi ketemu.” kata Rudy, dan aku mulai berdebar-debar.
“Iya, ini pertama kalinya. Sebelumnya, kami lihat wajahnya dalam pass foto yang diberi oleh ibunya.” jawab ayah Sarimah.
Aku semakin berdebar-debar. Ibuku ngasih pass foto? Ah, sudah! Matilah aku!
“Tidak sangka, orang aslinya ganteng juga.” sambung ibu Sarimah.
Aku mulai merasa pipiku panas. Jarang sekali ada orang yang memuji aku tampan. Kalaupun ada, pasti ada maksudnya. Atau mungkin, ibu Sarimah hanya ingin menjaga perasaanku.
“Itulah saya heran. Karena Salman bilang, orangtuanya yang mengatur. Gak nyangka, zaman sekarang masih ada ya pernikahan yang diatur oleh orang tua. Apa rahasianya Pak?” Rudy memang tidak menunggu lama, terus saja dia bertanya sambil ketawa-ketawa kecil. Jadi, walaupun ini persoalan serius, tetapi ia nampak seperti bergurau.
“Tidak ada rahasia apa-apa. Emang Salman gak ngasih tahu kamu?”
Rudy memandangiku, kemudian dia pandangi ayah Sarimah dan menggeleng.
Lalu aku bilang, “Sebenarnya saya pun tidak tahu apa-apa.”
“Kamu tidak tanya ayah dan ibumu?”
Pada saat itulah, aku mulai merasa menyesal. Ya, aku tidak tanya pun kepada ayah dan ibuku mengapa beliau memilih Sarimah. Yang aku tahu, ibuku cuma tanya, “Mau ibu carikan kamu jodoh?” Aku pun menjawab, “Boleh.” Tiba-tiba, dua minggu kemudian, aku sudah bertunangan dan dalam satu bulan akan menikah. Itupun tunangan pakai uang ibuku. Memalukan betul.
“Saya tidak tanya.”
Ayah Sarimah mulai ketawa kecil.
“Begini, saya dan ayah kamu itu memang sudah lama kenal. Suatu hari, ngobrol-ngobrol di kedai kopi, kami bercerita tentang anak masing-masing, kemudian bercerita tentang jodoh, dan akhirnya, terus kepada rancangan mau menjodohkan anak masing-masing. Setelah itu, inilah yang terjadi,” jelas ayah Sarimah.
“Begitu saja Pak? Mudah sekali ya!” Rudy nampak terkejut, dan aku pun sebenarnya agak terkejut juga. Ya, mudah sekali ternyata.
Ibu dan ayah Sarimah hanya tersenyum lebar.
Ayahnya berkata, “Tidaklah semudah itu. Kami pun mau yang terbaik untuk anak bungsu kami. Kami pun mencari tahu latar belakang Salman.”
“Jadi Bapak tahu Salman ini menganggur dan tidak punya duit?” tanya Rudy, membuat aku geram tetapi dalam saat yang sama merasa sangat malu. Tiba-tiba aku berdoa supaya tubuhku menjadi kecil, supaya aku bisa menyembunyikan bukan saja muka, tetapi seluruh tubuhku di balik bantal.
“Tahu,” jawab ayah Sarimah sambil ketawa kecil lagi.
“Jadi?” Rudy bertanya sambil memutar tangan kanannya. Aku rasa, sebenarnya Rudy mau bilang, “Jadi, mengapa masih pilih Salman?” Mungkin karena tidak sampai hati, dia cuma pakai isyarat tangan saja. Ya, aku tahu betul sebab sudah lama aku kenal Rudy.
“Itulah yang diberitahu oleh ayahnya. Katanya, anak dia tidak tampan, tidak ada pekerjaan tetap, dan malah, bulan-bulan masih minta duit dari ibunya. Tetapi, dari situlah Bapak tahu, Salman ini akan menjadi suami yang baik.” Ayah Sarimah tidak lagi tersenyum, sebaliknya memandangku dengan wajah serius. Aku terus menunduk malu. Malunya aku. Rupanya mereka sudah tahu kalau aku ini masih minta duit selama berbulan-bulan kepada ibuku.
“Jadi?” Rudy sekali lagi menggerak-gerakkan tangannya.
“Ayahnya juga bilang, anaknya sering menelepon kampung, paling tidak dua kali seminggu. Dan, walaupun dia tidak punya pekerjaan tetap, kerjanya pun tidak menentu dengan gaji yang kecil, tetapi setiap kali mendapat gaji, ayahnya memberitahu, dia tidak pernah lupa memberikan sedikit kepada ibunya. Walaupun cuma dua ratus ribu. Jadi, bayangkan walaupun hampir tiap bulan dia kekurangan uang, tapi dia masih mau membantu orang tua. Itulah namanya tanggungjawab!”
Aku tertegun. Aku sebenarnya tidak menyangka ayahku menceritakan perkara itu juga kepada ayah Sarimah.
“Ooo... Tanggungjawab,” Hanya itu kata Rudy sambil mengangguk-angguk.
Ayah Sarimah menyambung perkataannya, “Tanggungjawab itu, bukan saat kita kaya saja. Tanggungjawab itu adalah sesuatu yang kita pegang disaat kita susah dan disaat kita senang. Lalu, dalam rumahtangga, tidak selamanya senang. Lebih banyak saat susahnya. Jadi, Bapak akan lega, karena tahu anak Bapak berada dalam tangan laki-laki yang bertanggungjawab.”
“Betul juga ya Pak. Lagi pula, Salman ini setahu saya dia tidak pernah lupa shalat dan tidak punya pacar, karena dia takut perempuan, hehe.” tambah Rudy yang membuat aku tersipu-sipu. Tidak kusangka Rudy memujiku.
“Shalat itulah perkara utama yang Bapak tanya kepada ayahnya, dan pacar pun Bapak tanya.” Ayah Sarimah kembali tertawa kecil.
“Susah mau cari orang seperti Bapak di zaman ini. Zaman sekarang, semua mau menantu kaya,” tambah Rudy lalu terlihat wajahnya tiba-tiba murung. Mungkin dia sedang bercerita tentang dirinya sendiri secara tidak sadar.
“Dulu, waktu Bapak menikahi ibu Sarimah, hidup Bapak pun susah. Bapak juga orang susah, cuma bekerja sebagai pembantu pejabat, sedangkan ibu Sarimah itu anak orang kaya di kampung. Alhamdulillah, keluarga istri Bapak termasuk yang terbuka. Lalu, kenapa Bapak tidak memberi peluang kepada orang yang susah, sedangkan Bapak dulu pun diberi peluang. Yang penting, dia susah bukan karena dia malas, tetapi karena memang belum rezeki. Beda sekali, orang malas dengan orang yang belum ada rezeki. Kalau susah karena duduk-duduk di rumah dan tidur berguling-guling, memang Bapak tidak akan terima,” jelas ayah Sarimah dengan panjang lebar.
Aku berasa mulai sedikit lega. Tidak kusangka, begitu pikiran ayah dan ibu Sarimah. Perlahan-lahan, perasaan maluku itu mulai berkurang. Perlahan-lahan juga, perasaan curigaku kepada Sarimah ikut berkurang.
“Anak Bapak hebat juga. Dia mau nurut kata Bapak. Zaman sekarang, biasanya semuanya sudah punya pacar,” kata Rudy. Aku tahu, Rudy juga sedang memasang umpan untuk mengetahui latar belakang Sarimah sekaligus. Aku kembali berdebar-debar.
“Alhamdulillah. Bapak sangat bersyukur diberi anak seperti Sarimah. Awalnya, Bapak khawatir juga, tetapi setelah satu minggu, Sarimah bilang setuju. Cuma Bapak tidak tahu apa yang membuat diadia setuju, mungkin Salman bisa tanya dia sendiri setelah menikah nanti,” kata ayah Sarimah, lalu dia, istrinya dan Rudy tertawa bersama. Tinggal aku dan Sarimah saja yang duduk diam-diam malu. Sempat aku melirik Sarimah, dan bertanya dalam hati, “Mengapa kamu mau dengan lelaki seperti aku?'
***
Alhamdulillah. Allah mudahkan usaha kami. Aku sudah sah menjadi suami Sarimah, dan setelah bersalaman dengan Sarimah, rasa gentar dan maluku kepada Sarimah mulai berkurang. Malah aku mulai memanggilnya, 'sayang'. Lalu setelah resepsi, aku dan Sarimah masuk ke dalam kamar, berdua-duan untuk pertama kalinya.
Dalam hati, masih kuingat pertanyaanku pada malam aku bertemu ayah dan ibu Sarimah. Kini pertanyaan dalam hati itu aku nyatakan dengan lidah, “Sayang, mengapa kamu setuju untuk menikah dengan laki-laki sepertiku? Laki-laki yang belum tentu masa depannya, dan mungkin juga membuat dirimu menderita.”
Tidak kusangka, pertanyaan melalui lidahku menjadi lebih panjang dan detil dari pertanyaan dalam hati.
Sarimah yang saat itu sedang duduk malu-malu, memandangku lalu mencium tanganku, dan berkata, “Ampuni Sarimah bang, ampuni Sarimah.”
Aku mulai berdebar-debar dan tidak enak hati.
“Ampuni apa sayang?”
“Sebab, Sarimah sebenarnya sempat curiga juga dengan Abang. Sarimah sempat tidak yakin dengan Abang. Malah Sarimah minta tolong kawan Sarimah, yang kebetulan tinggal bersebelahan dengan Abang di kota supaya mencari tahu latar belakang Abang. Malah, Sarimah juga solat iskhtikarah hanya karena ragu-ragu kepada Abang.”
Debar jantungku kembali menurun. Rupanya, Sarimah lebih dulu mencari tahu latar belakangku? Malunya aku. Tetapi sekarang dia sudah jadi istriku, lalu aku angkat kepalanya dan kupandangi matanya.
“Abang ampunkan. Abang pun minta maaf, sebab Abang pun pernah juga berasa curiga kepadamu.”
Sarimah tersenyum. Bukan senyum manis biasa, tetapi senyuman seorang perempuan yang bahagia, dan senyuman itu sangat ajaib karena ikut membuat aku merasa bahagia. Mungkin inilah perasaan bahagia yang datang karena kita membahagiakan orang lain. Tetapi pertanyaanku tadi masih belum terjawab sepenuhnya.
“Jadi, apa kata kawanmu?” lanjutku ingin tahu. Aku risau, takut kawannya membicarakan yang tidak-tidak.
“Katanya, Abang ini tidak punya pekerjaan tetap. Motorpun pinjam punya teman, tapi katanya dia selalu melihat Abang membaca koran untuk mencari kerja, mengirim surat lamaran, dan selalu memeriksa kotak surat kalau-kalau ada surat lamaran yang dibalas. Maksudnya, Abang ini orang yang rajin berusaha. Katanya lagi, dia tidak pernah melihat Abang keluar dengan perempuan. Shalat pun pasti Abang berjamaah.”
Aku mulai tersipu malu. Takut ketahuan kalau aku tersipu, aku pun bertanya, “Tetapi orang secantik dirimu pasti banyak orang yang tertarik kan? Pasti banyak yang mau meminang dirimu, dan mungkin pasti juga yang ada sudah datang ke rumah untuk meminang.”
Sarimah sekali lagi tersenyum.
“Ya, memang banyak laki-laki yang mencoba dekat dengan Sarimah, tetapi Sarimah sangat takut. Sarimah ingat dengan kakak”
“Mengapa dengan kakak, sayang?” tanyaku segera.
Sarimah pun bercerita panjang lebar, dan aku baru tahu kalau kakaknya sudah meninggal. Kakak Sarimah dulu juga seorang perempuan cantik, dan banyak laki-laki yang meminangnya. Akhirnya, dia menikah dengan lelaki pilihan hatinya sendiri. Laki-laki yang tampan, berpendidikan tinggi, dan bekerja dengan gaji yang lumayan. Sayangnya, setelah satu tahun menikah, suami kakaknya mulai berubah karena belum juga mendapatkan anak. Dia mulai pulang terlambat, dan suka marah-marah.
Bahkan, suaminya sampai di PHK karena krisis ekonomi. Hidup mereka menjadi susah, dan suaminya juga semakin banyak berubah. Dia sudah tidak pulang berhari-hari, apabila pulang, hanya untuk meminta uang, marah-marah dan memukul istrinya. Kemudian terungkaplah bahwa selama ini suami kakaknya itu sudah memiliki perempuan lain. Lalu pada hari itu, dengan hati yang kusut, kakak Sarimah gagal mengendarai mobilnya hingga kecelakaan dan meninggal dunia. Diakhir ceritanya itu, aku langsung menggenggam tangan Sarimah erat-erat.
“Karena itulah, Sarimah takut kalau mau menerima laki-laki sembarangan dalam hidup Sarimah. Malahan, Sarimah juga sebenarnya sudah mengamanahkan ayah dan ibu untuk mencari laki-laki yang sesuai untuk Sarimah. Biar tidak kaya, biar tidak tampan, tetapi lelaki itu mampu membahagiakan hidup dengan kasih sayang dan mendamaikan hati dengan agama.”
Akhirnya, semuanya sudah jelas. Kenapa ayah dan ibu Sarimah memilih laki-laki sepertiku, dan mengapa Sarimah menerimaku dalam hidupnya. Genggaman tanganku semakin kuat.
“Abang... Tolong jaga Sarimah. Jaga dan mohon jangan lukai hati Sarimah. Mohon bang,” rayu Sarimah dan air matanya pun mulai menggenang, dan kemudian menetes di pipinya yang cantik. Aku segera menyeka air mata Sarimah.
“Abang bukanlah laki-laki terbaik, dan Abang tidak mampu berjanji menjadi suami yang terbaik untukmu. Abang cuma mampu berjanji, Abang berusaha menjadi laki-laki yang terbaik itu, dan berusaha menjadi suami yang terbaik untukmu,” kataku perlahan, dan Sarimah terus memelukku. Aku merasa, bahuku sudah basah dengan air mata Sarimah.
Karya : Bahruddin Bekri

Ditolak Dunia, Internet.org Malah Laris di Indonesia

Ditolak Dunia, Internet.org Malah Laris di Indonesia


Akses internet mobile gratis yang digelar Indosat bersama Facebook pada pertengahan April lalu menuai banyak kontroversi. Layanan di bawah bendera program Internet.org tersebut dinilai menganakemaskan sejumlah situs dengan menyediakan akses cuma-cuma.

Meski demikian, Internet.org justru laris di Indonesia, sebagaimana disampaikan oleh Direktur Utama Indosat Alexander Rusli yang mengklaim telah berhasil mengumpulkan satu juta pengguna akses gratis internet lewat program itu. 

"Yang bikin kami senang, dari sejuta pengguna Internet.org, sebagian besar merupakan pelanggan baru," kata pria yang akrab disapa Alex ini, saat dijumpai usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Indosat Tbk di Jakarta, Rabu (10/6/2015). 

Alex mengaku pihaknya tidak memperoleh pendapatan berarti dari Internet.org. Tetapi memang bukan profit jangka pendek yang menjadi tujuan program tersebut, melainkan mendorong pertumbuhan jumlah pelanggan internet (data) baru.

Senada dengan Alex, dalam wawancara dengan Kompas Tekno beberapa waktu lalu, VP Product Internet.org Facebook, Chris Daniels menjelaskan bahwa akses internet gratis dalam hal ini menjadi umpan untuk memancing pelanggan baru.

"Internet.org bisa dianggap sebagai customer acquisition tool buat operator," ucap Daniels ketika itu. "Pertama-tama mereka diberikan akses gratis ke sejumlah layanan dasar melalui Internet.org supaya mengerti manfaat internet. Dari sana, mereka kemudian akan menjadi pelanggan data."

Siapa yang menjadi target Internet.org di Indonesia? Alex menerangkan bahwa Indosat menyasar para pengguna feature phone di jaringan 2G yang belum memanfaatkan koneksi internet. 

Proporsi pelanggan Indosat yang bergantung pada jaringan 2G  memang masih besar, mencapai kisaran 70 persen dari keseluruhan jumlah pelanggan operator seluler tersebut. Mereka banyak berdomisili di luar kota besar yang belum terjangkau akses internet berkecepatan tinggi.

"Ini (internet.org) memfasilitasi pelanggan untuk masuk mengakses internet tanpa harus membayar kuota data yang mahal," kata Alex. "Belakangan kami mulai banyak sosialisasi ke daerah, orang-orang yang first time internet user pun sudah mulai banyak yang memakai (Internet.org)," lanjut dia lagi.

Jika operator memperoleh pelanggan baru, maka Facebook pun turut kecipratan "rezeki"dari Internet.org, yang dalam hal ini berupa data-data pengguna seperti nomer telepon seluler, browsing history, dan lain-lain. Informasi ini nantinya bisa digunakan untuk kepentingan bisnis, termasuk targeting iklan.

Penolakan 

Di Indonesia, layanan internet gratis Internet.org sejauh ini hanya bisa dinikmati oleh pelanggan seluler yang menggunakan kartu SIM Indosat. Caranya adalah dengan mengarahkan peramban ke alamat www.internet.org atau lewat aplikasi mobile.

Ada 15 situs yang bisa diakses secara cuma-cuma, termasuk dua situs e-commerce, situs berita, dan situs Facebook sendiri. Situs-situs tersebut merupakan versi khusus yang dirancang agar menghemat bandwidth 2G, berbeda dari laman web mobile reguler.

Pemberian jalur gratis ke sejumlah situs tertentu yang terkesan diskriminatif inilah, antara lain, yang banyak menimbulkan kontroversi 

Pada Mei lalu, misalnya, sebanyak 67 kelompok hak digital di berbagai belahan dunia -termasuk ICT Watch di Indonesia- menandatangani surat protes yang dilayangkan ke pendiri Facebook. 

Program yang menurut Facebook adalah upaya memperluas akses internet di negara-negara dunia ketiga itu dipandang mengancam privasi, kebebasan berekspresi, dan prinisip netralitas internet (net neutrality) yang menyebutkan bahwa akses internet pada semua konten harus adil dan merata. 

"Internet.org telah dipasarkan sebagai layanan yang meyediakan akses penuh ke internet, padahal sebenarnya hanya menyediakan situs-situs tertentu yang telah disetujui oleh ISP lokal dan Facebook," bunyi penggalan surat tersebut.

Alexander Rusli sebelumnya pernah menyatakan pendapat soal net neutrality di Indonesia dan kaitannya dengan Internet.org. Dia mengaku tak ambil pusing dengan penolakan terhadap Internet.org yang ramai mencuat di ranah internasional.

"Di luar negeri itu pertentangannya terkait dengan net neturality, saya tak mau masuk ke perdebatan itu. Kami punya agenda sendiri di sini, yaitu mengajak orang-orang yang masih menggunakan jaringan 2G untuk mulai memakai internet," ucap Alex. 

Misi tersebut, menurut dia, sejalan dengan tujuan dari program internet.org yang dimotori Facebook. "Karena kalau kita mau kerjakan sendiri, lalu siapa yang desain aplikasi agar ringan di network? Masa kita juga yang melakukan? Kan repot."

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2015
TENT ANG
PEMBERIAN GAJIPENSIUNTUNJANGAN BULAN KETIGA BELAS
DALAM TAHUN ANGGARAN 2015 KEPADA PEGAWAI NEGERI SIPIL,
ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
PEJABAT NEGARA, DAN PENERIMA
PENSIUN TUNJAN'GAN
Banyak yang mengatakan Gaji 13 PNS dihilangkan untuk Tahun 2015 ini karena pemerintahan berganti menjadi yang sekarang ini. Namun tentunya itu hanya isapan jempol karena yang sebenarnya adalah Menteri Yudi melalui salinan PP Gaji ke 13 telah terbit.

PP No. 38 Tahun 2015 yang merupakan Peraturan Pemerintah yang mengatur Gaji ke 13 ini muncul seperti tahun sebelumnya menjelang pergantian tahun Pelajaran Baru.
Gaji ke 13 ini dibayarkan sesuai gaji pokok penuh para Abdi Negara yang setiap bulan Juni yang awalnya di gadang-gadang era Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan sekarang diteruskan kembali oleh Presiden Joko Widodo.

Tunggu realisasinya dan tentunya anda harus mendownload PP Gaji ke 13dibawah ini:

PP No. 38 Tahun 2015 mengenai Gaji ke 13
 
Terima kasih atas kunjungannya...

IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA

Perpanjangan Masa Pendaftaran IKM Sampai Dengan 30 April 2022. Oleh :  admin - 18 April 2022 09:57 Pendaftaran Implementasi Kurikulum Merdek...